Episode 2 : Kekonyolan keluarga Anggara
***
Katrin sejak tadi merasa khawatir karena Erlan putranya belum kembali dari tugasnya mengurusi administrasi rumah sakit suaminya. Padahal Erlan sudah 30 menit pergi tapi belum kembali hingga sekarang.
Sementara Adam, dia sudah siuman tadi, lalu tidur karena tubuhnya masih lemas karena efek obat yang sepertinya sudah mulai bereaksi dalam tubuhnya.
"Bunda," panggil Erika saat masuk ke dalam ruang inap ayahnya.
Erika adalah anak ketiga Katrin dan Adam yang saat ini masih menyelesaikan tingkat dua SMA-nya. Sedangkan Erina si anak sulung dan Erlan si anak tengah sudah memiliki pekerjaannya masing-masing, yang memang sudah mereka lakoni sejak muda.
Erina menjadi anak tertua. Semasa kuliah, ayahnya masih bisa membantunya membiayai sampai dia wisuda dan menerima gelar di salah satu universitas kota Jakarta.
Sementara Erlan Anggara. Pria itu tidak ingin kuliah karena Erlan ingin segera bekerja begitu dia lulus dari SMA.
Erina menjadi seorang wartawan berita di sebuah stasiun tv swasta Jakarta Barat. Sudah hampir 3 tahun Erina bekerja di sana dan tentulah sebagian gajinya sering dia sisihkan untuk pengobatan ayah mereka.
Sedangkan Erlan, sebagai anak lelaki satu-satunya di keluarganya, Erlan memilih menjadi seorang montir di bengkel milik sahabatnya yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
Karena bengkel itu terletak di jantung kota Jakarta, jelas saja tempat itu penuh dengan keramaian dan orang-orang yang beraktivitas setiap harinya menggunakan mobil, motor atau pun kendaraan lainnya.
"Erika, kamu udah pulang?" Katrin mengangkat tangan kanannya untuk Erika salami seperti biasa.
"Iya. Abang mana, Bunda?" Erika mengambil tempat duduk tidak jauh dari Katrin sang ibu duduk. Sambil tersenyum manis ke arah ibunya.
"Abang masih belum kembali bayar pengobatan ayah nih," jawab Katrin lembut sambil mengelus rambut panjang putri bungsunya.
"Oh. Bunda sudah makan nggak?" Erika mengeluarkan sebungkus makanan dari dalam tasnya. "Belum, Nak."
"Ayo, kita makan sama-sama. Kebetulan tadi di sekolah ada salah satu guru kita yang mengadakan doa syukuran di sekolah dan membagikan nasi bungkus untuk kami semua," jelas Erika mengenai nasi bungkus yang dia dapatkan ini kepada ibunya.
"Ayo, makan." Ibu dan anak itu pun makan dengan nikmatnya tanpa lupa berdoa terlebih dulu sebelum makan. Kehangatan keluarga terselip dari setiap suapan, menjadi bukti keluarga sederhana yang dipenuhi kebahagiaan.
***
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu menurut Erlan.
Bukannya kemarin dia baru saja bertemu gadis aneh yang dia ketahui bernama Fiona? Lalu, hari ini mereka akan bertemu kembali di kantin rumah sakit untuk mengambil jam tangan Erlan yang katanya mau diperbaiki gadis itu. Semoga saja Fiona tidak sedang membohonginya dengan menjadikan jam tangan sebagai alasan bagi Fiona untuk mengajaknya bertemu siang ini.
"Awas saja kalau berani berbohong, alasan doang pakai jam tanganku," kata Erlan pelan. Tidak lupa Erlan menggunakan jaket jeans favoritnya yang sering dia gunakan saat keluar.
Setelah memastikan penampilannya sudah rapi. Erlan berniat mendekati ibunya untuk berpamitan pergi lagi. "Bun!"
"Eh, iya, Abang." Katrin menatap ke arah putra tampannya yang sepertinya kalau dilihat dari penampilannya, putranya ingin berpamitan keluar padanya.
"Masya Allah .... Abangnya Rika ganteng banget nih, Bunda." Erika terpesona dengan penampilan kece Erlan. Meskipun Erlan hanya menggunakan pakaian sederhana seperti biasanya.
Celana jeans hitam, kaos putih sebagai baju dalaman Hoodie yang juga senada begitu menambah pesona ketampanan seorang Erlan Anggara.
Belum lagi sepasang sepatu sneaker putihnya yang Erlan gunakan ketika buru-buru ke rumah sakit melihat kondisi ayahnya.
"Masya Allah, bunda ternyata baru sadar kalau putra bunda seganteng ini." Katrin ikut menimpali ucapan putri bungsunya perihal ketampanan Erlan hari ini.
"Bunda, Adek ...!" Erlan merasa kedua wanita yang usianya berbeda jauh ini sedang sengaja menanggapi berlebihan penampilan yang biasa saja menurutnya.
Toh setiap hari dia memang sering berpakaian seperti ini. Lalu, kenapa sekarang ibu dan adiknya justru begitu terpesona dengannya.
Katrin berdiri dari duduknya untuk menghampiri putranya yang masih berdiri tepat di dekat ranjang Adam.
"Adek, kalau bunda lihat sih, sepertinya penampilan Abang hari ini tuh agak berbeda dari biasanya." Katrin sudah mulai dengan aksi jahilnya. Lihat saja dari kedipan matanya pada Erika.
"Hmm, sepertinya Bunda benar sih," tambah Erika mendukung sinyal kerja sama dari ibunya yang ingin mengerjai kakak laki-lakinya.
"Bunda, Adek! Kalian kenapa sih? Sudah ah, Abang hanya mau ke kantin rumah sakit, mau beli makanan. Perut sudah minta diisi nih, Bun." Erlan langsung beralasan. "Bunda, mau titip apa?" tambahnya segera berucap laju demi menghambat olokan lain dari ibu dan adiknya.
Jika tidak pandai mencari alasan yang tepat untuk menghindari situasi seperti tadi, bukan Erlan Anggara namanya.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar